Bagi Orang Tua mempunyai anak adalah sesuatu yang sangat membahagiakan, apalagi bila anak tersebut sudah sekian lama didambakan oleh para orang tua yang pada kenyataannya sulit memperoleh keturunan dikarenakan sesuatu hal. Anak merupakan buah kasih sayang dan cinta dalam hidup berumah tangga. Keluarga yang sejahtera secara materi namun belum dikaruniai seorang anak kiranya tak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan keluarga sederhana namun dikaruniai anak-anak yang lucu, manja dan pintar. Dalam suatu keluarga mempunyai anak merupakan hiburan tersendiri yang tidak bisa digantikan dengan jenis hiburan manapun di dunia ini. Melihat anak kita yang sedang bermain, bercanda dan tertawa di dalam rumah kita menjadikan obat mujarab bagi orang tua yang sudah seharian sibuk bekerja di luar rumah mencari rizki untuk anak dan isteri tercinta.
Namun disisi lain dari kebahagian memperoleh seorang anak sebagai titipan dari Tuhan, kita selaku orang tua mempunyai kewajiban untuk dapat menumbuh-kembangkan anak secara maksimal, baik segi fisik, mental maupun intelektualnya, karena hal itu merupakan hak bagi seorang anak yang telah dilahirkan ke dunia ini.
Anak-anak dilahirkan dalam keadaan lemah panca inderanya, oleh karena itu tugas orang tuanyalah untuk menguatkan pertumbuhan fisik anak dan juga merangsang pertumbuhan anak agar tumbuh-kembang anak berlangsung seimbang dan sempurna.
“SETIAP ANAK ITU DILAHIRKAN SEBAGAI JENIUS, DAN ORANG TUA MENGHABISKAN 6 TAHUN PERTAMA MASA HIDUPNYA UNTUK MEMBUAT MEREKA TIDAK / BUKAN JENIUS.” (Buckminster Fuller)
Kebanyakan para orang tua lebih memperhatikan pertumbuhan anak-anak mereka dengan memberikan makanan-makanan yang berlebihan, pakaian-pakaian yang bagus dan mainan-mainan yang kurang bermanfaat, tetapi kurang memperhatikan kebutuhan mendasar yang sangat vital bagi perkembangan anak.
Dikarenakan tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua, maka banyak orang tua yang tidak tahu cara memperhatikan perkembangan anak-anaknya. Sedangkan pada dasarnya Orang Tua adalah Guru Yang Paling Utama, dan Rumah adalah Sekolah Yang Paling Baik bagi anak.
Ada beberapa hal yang Sangat Perlu diketahui oleh Para Orang Tua, yakni :
· Peranan Orang Tua Thd Tumbuh Kembang Anak.
· Bagaimana Potensi Intelektualitas Seorang Anak.
· Cara Mengoptimalkan Potensi Intelektual Anak.
PERANAN ORANG TUA TERHADAP
TUMBUH KEMBANGNYA ANAK
Berdasarkan Suatu Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan & Kebudayaan (Depdikbud) yang telah dipublikasikan pada Bulan Mei 1994 lalu, diketahui bahwa Para Orang Tua di Negara Indonesia ini dapat diklasifikasikan kedalam sebagai berikut :
§ 85% = Para Orang Tua tidak mampu mengawasi anak.
§ 68,1% = Orang Tua bersikap tidak tegas terhadap anak.
§ 56% = Orang Tua tak mampu bimbing secara akademik.
§ 58% = Orang Tua selalu membela anak yang salah.
Melihat hasil dari penelitian tersebut, nampak sekali bahwa para orang tua di
Perhatian, ajara-ajaran dan kebiasaan-kebiasaan yang diberikan orang tua mereka di rumah merupakan program pra-sekolah yang terbaik di dunia dengan memberikan kesempatan bagi orang tua untuk menjadi guru yang utama bagi anak-anak mereka, tanpa memperdulikan Betapa Rendahnya Pendidikan Orang Tua itu !
BAGAIMANA POTENSI INTELEKTUALITAS
DI DALAM DIRI SEORANG ANAK
Berdasarkan Penelitian panjang yang dilakukan oleh Benyamin S. Bloom, salah seorang Profesor Bidang Pendidikan dari University of Chicago, mengenai potensi intelektual anak, yangmana sebenarnya telah pernah disebar-luaskan pada tahun 1964, Beliau menemukan bahwa :
“Perkembangan Intelektual anak telah dimulai pada saat pembuahan, dan sampai usia anak mencapai 4 tahun perkembangan intelektual Otak mencapai 50%; sampai usia 8 tahun mencapai 80%; dan pada usia 18 tahun akan mencapai 100%”
Beberapa pakar juga mengadakan penelitian terhadap kemampuan intelektual anak, diantaranya adalah Dr. Glenn Doman, dimana hasil-hasil penelitiannya telah dipublikasikan dalam Seri Bukunya “The Gentle Revolution”, diantaranya mengenai :
· “How To Teach Your Baby Read”
· “How To Teach Your Baby Math”
· “How To Multiply Your Baby’s Intelligence”
*DR. GLENN DOMAN mulai dengan meneliti anak-anak yang lahir dengan cacat mental, artinya bayi yang lahir dengan IQ di bawah 70. Ia menyediakan waktu setiap hari untuk bermain, bicara, bercerita dan menunjukkan berbagai macam gambar dan informasi kepada mereka dengan sabar dan tekun. Kemudian ketika anak-anak tersebut telah berusia 2 atau 3 tahun, maka mereka telah mampu berpikir dan berbuat seperti layaknya anak-anak yang dilahirkan normal. Dengan hasil penelitian tersebut kemudian Glenn Doman sampai pada suatu kesimpulan bahwa : “Jika semua rangsangan dan stimulasi tersebut diberikan kepada anak-anak yang lahir normal, hasilnya tentu akan Luar Biasa dan dapat menciptakan anak-anak yang Jenius”.
Maka ia kemudian melakukan proyek tersebut terhadap bayi-bayi yang lahir normal atau dengan IQ di atas 80. Ia menemukan bahwa pada saat anak-anak tersebut mencapai usia 4 tahun, IQ anak-anak tersebut telah mencapai antara 120 hingga 150.
*DR. DATIN NOOR LAILY dari
Dua tahun kemudian, ia memanggil Media Massa itu kembali dan memperlihatkan bahwa bayi-bayi yang diambil dari Ulu Klantan, kini telah menjadi anak-anak yang mampu membaca buku dan menjadi anak-anak yang cerdas. Sejak itu banyak orang tua yang harus antri untuk memasukkan anak-anak mereka ke lembaga yang dikelola oleh Dr. Datin Noor Laily tersebut.
*
BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN
POTENSI INTELEKTUALITAS ANAK
Dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan anak yang telah dikemukakan, maka bagi para orang tua yang ingin mengoptimalkan kemampuan intelektualitas anak-anaknya sejak bayi hingga usia 8 tahun, maka kiat-kiat yang dapat Penulis turunkan di bawah ini kiranya bisa dijadikan pedoman di dalam menumbuh-kembangkan anak agar menjadi seorang anak yang sempurna dan seimbang antara intelektual dan mentalnya kelak, diantaranya sebagai berikut :
MENGAJAK ANAK BERMAIN
Kita sebagai orang tua harus mau dan banyak mengajak anak-anak kita bermain. Bermain merupakan aktifitas anak untuk menumbuhkan dan mengembangkan jiwa seorang anak.
Bermain yang paling baik adalah dengan melakukan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan Vestibular System yang ada dalam otak. Vestibular system ini berhubungan dengan suatu cairan yang ada di belakang telinga yang sangat mempengaruhi kecerdasan seorang anak.
Gerakan-gerakan tersebut antara lain :
· Berguling-guling.
· Berayun-ayun.
· Melompat-lompat.
· Gerakan baling-baling helikopter.
Gerakan bak baling-baling helikopter ini sangat dianjurkan untuk anak di atas 3 tahun asalkan ia sudah bisa berlari, gerakan ini secara rutin telah digunakan oleh Prof. Lyelle Palmer untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan belajar pada anak-anak.
Sedangkan bermain yang sangat dianjurkan untuk dapat memaksimalkan perkembangan kelima panca indera, diantaranya :
- Memberikan warna-warna yang kontras (misalnya hitam-putih seperti papan catur) di kamar bayi / anak. Warna catur ini sangat baik untuk merangsang indera penglihatan terutama pada bayi.
- Memperdengarkan berbagai macam suara (seperti suara binatang, kendaraan, orang), berguna untuk mempertajam indera pendengaran anak.
- Memberikan macam-macam cicipan (misalnya manis, asin, pahit, dsb), berguna untuk merangsang indera perasa/pengecap.
- Memperkenalkan wewangian, berguna untuk merangsang indera penciuman.
- Memperkenalkan berbagai bentuk benda-benda yang dapat dipegang (seperti kotak, bola, meja, kursi, dsb) untuk merangsang indera peraba.
Untuk mempertajam Analytical & Logical Sense (Daya Analisa dan Logika) anak, sebaiknya dilakukan permainan yang berhubungan dengan penalaran seperti : bermain tebak-tebakan yang berupa angka-angka, teka-teki yang berhubungan dengan logika praktis atau teka-teki yang menimbulkan kemampuan verbal (kemampuan mengemukakan pendapat dalam bentuk bahasa).
Sedangkan untuk membangun Creativity (Kreatifitas) anak, ada baiknya dengan menggunakan Permainan Lego untuk menyusun bentuk-bentuk (misalnya bentuk bangunan, kendaraan, hewan, orang, dsb). Permainan seperti ini juga sekaligus memperkenalkan anak dengan bermacam bentuk yang terdapat di dunia nyata ini.
MEMBACAKAN ANAK CERITA
Orang tua dituntut harus mau memperkenalkan buku kepada anak sejak dini (sejak lahir). Saat yang paling mudah untuk menanamkan kebiasaan membaca kepada anak adalah ketika anak-anak masih belum bisa protes, yaitu waktu masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan.
Jika kita mau membacakan cerita kepada bayi setiap malam secara rutin, maka acara tersebut akan menjadi sesuatu Ritual yang dinantikan oleh anak. Membacakan cerita kepada bayi juga menumbuhkan Curious (Rasa Keingin-tahuan) pada anak.
Ketika bayi semakin besar, sudah bisa duduk dipangkuan orang tuanya, bisa meraba buku dan dapat merasakan kasih sayang ayah/ibu ketika sedang dibacakan buku cerita, saat itulah anak akan merasa senang dan nyaman, seolah-olah dengan buku membuatnya aman dan terlindung. Keadaan seperti ini oleh para ahli disebut sebagai Neuro Association. Nah, perasaan ini akan terbawa kelak sampai dewasa sehingga akan menjadi suatu kebiasaan dan kebutuhan rutin akan bahan-bahan bacaan yang berguna, sehingga anak tidak lagi Alergi dan Phobia (Takut) dengan yang namanya buku karena buku sudah menjadi teman yang menyenangkan baginya.
Penumbuhan kebiasaan membaca pada anak-anak kita juga untuk mengimbangi dampak negatif yang ditimbulkan Televisi yang pada akhir-akhir ini jumlahnya semakin bertambah dan semakin marak acara-acaranya.
DAMPAK NEGATIF yang dapat ditimbulkan TV terhadap anak-anak, adalah :
VISUAL LAZINESS
Biasanya warna-warna yang dipancarkan TV sangat indah dan menarik untuk dilihat anak dan ketika anak-anak harus berhadapan dengan buku-buku sekolah yang tulisannya hitam-putih, kecil-kecil dan tidak ada gambarnya maka anak tidak akan tertarik untuk membacanya apalagi untuk mempelajarinya. Akibatnya anak akan menjadi malas belajar karena tidak suka membaca buku.
MENTAL LAZINESS
Jalan cerita pada film-film atau cerita-cerita yang ditayangkan TV pada umumnya mudah ditebak, yaitu antara yang baik dan yang buruk, mula-mula yang baik kalah tapi pada akhir cerita yang baik dapat dipastikan akan selalu menang. Begitu seterusnya setiap film atau cerita yang ditayangkan. Dengan tema yang ringan dan sederhana seperti itu, anak akan tidak terbiasa berpikir kompleks. Akibatnya problem anak baru akan muncul ketika anak harus masuk sekolah dan ia harus mulai berpikir tidak hanya yang sifatnya sederhana saja tetapi juga yang kompleks dan rumit.
Dengan demikian dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi pada anak jika 5 tahun pertama hidupnya hanya dihabiskan untuk menonton TV, anak akan mendapat banyak kesulitan yang biasanya orang tua tidak mengetahui dan menyadari penyebabnya tersebut. Dimana selanjutnya tanggapan anak terhadap orang tuanya atas hasil yang tidak memuaskan orang tua tersebut membuat kesan seolah-olah orang tuanya tidak memperhatikan dan menyayangi anak. Sebagai kompensasinya mulailah anak melakukan hal-hal yang negatif untuk menarik perhatian orang tuanya.
MEMELIHARA RASA KEINGIN-TAHUAN ANAK
Semua anak secara universal (secara umum) suka sekali mengajukan pertanyaan-pertanyaan, demikian juga anak-anak di
Apa yang terjadi sebenarnya ?
Seyogianya bila anak-anak kita bertanya, kita seharusnya menjawab dengan jawaban yang benar dan bisa dipahami oleh anak. Jangan kita sekali-kali menjawab “sekenanya” karena akan berakibat fatal. Jawaban yang “asal-asalan” tersebut akan terus tertanam di memori si anak sehingga nantinya bila ia ditanya hal yang sama oleh gurunya atau oleh orang lain maka ia akan menjawab seperti itu juga. Sebagai orang tua, kita harus selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak dan memanfaatkannya sebagai suatu “ajang belajar” bagi anak. Bila kita tidak tahu jawaban dari pertanyaan anak, kita harus “fair” dengan mengatakan bahwa : “Papa/Mama tidak tahu, nanti Papa/Mama cari dulu ya jawabannya di buku anu...”. Dengan demikian anak akan tahu bahwa tidak semua orang pintar, dan disitulah pentingnya buku-buku bacaan untuk menjawab pertanyaan ataupun untuk menambah pengetahuan…..